"Bunda,
Tupis mau main ke rumah Mondis ya.” Teriak Tupis, si tupai yang
periang.
"Boleh,
tapi nanti kalau dengar adzan dhuhur pulang ya, waktunya sholat dan
makan siang". Jawab Bunda Tupis sembari tersenyum simpul. Tupis
segera beranjak dan melompat-lompat kecil dari dahan ke dahan menuju
rumah mondis, si monyet sahabatnya. Sesampai di rumah Mondis, rumah
pohon yang yang hangat dan nyaman, Tupis mengetuk pintu dan mengucap
salam. Bunda Mondis bergegas membukakan pintu.
"Eh,
nak Tupis, monggo
pinarak, masuk
sini nak."
Bunda Mondis terlihat sangat senang dengan kehadiran Tupis.
"Tupis,
kebetulan sekali, dari tadi Mondis menangis dan marah-marah. Dia
belum mau makan, bahkan pisang goreng coklat keju kesukaannya saja
dibiarkan dingin, tidak dilirik sama sekali. Siapa tahu nak
Tupis bisa membujuk Mondis." Nampak sekali Bunda Mondis sudah
sebal mendengar tangisan dan rengekan Mondis, bahkan sudah kehabisan
akal untuk menenangkannya.
"Memangnya
kenapa Bude?" tanya Tupis dengan antusias.
"Lihat
saja ke dalam kamar sana, nanti juga tahu sendiri jawabannya."
jawab Bunda Mondis pada Tupis. Tupis pun segera berlari ke kamar
Mondis. Di dalam kamar yang dihiasi dedaunan, Mondis meringkuk di
atas kasur jerami dengan tangannya memegang pipi. Rintihannnya tak
kunjung usai. Mengaduh dengan suara serak. Matanya bengkak dan merah,
karena menangis lama sekali.
Melihat
Tupis, Mondis justru menangis semakin keras dan menjadi-jadi.
Persahabatan Tupis dan Mondis memang sangat erat, terkenal di seluruh
negeri Fauna. Jadi wajar jika Mondis bertingkah manja pada Tupis yang
sangat keibuan.
"Tupis,
gigiku sakit sekali, huhuhuhu."
Tupis justru tertawa saat tahu alasan Mondis menangis dan tidak mau
makan.
"Jadi
kamu sakit gigi? Jangan-jangan kamu tidak
pernah
gosok gigi?"
"Aku
tidak suka gosok gigi, dan sekarang gigiku bolong-bolong."
jawab Mondis sambil mengaduh.
"Bukannya
aku sudah pernah bilang padamu, kalau tidak mau gosok gigi bisa sakit
gigi. Kuman-kuman akan sangat senang karena makanan yang tertinggal
di gigi kita menjadi makanan lezat untuk mereka. Lama-lama gigi jadi
berlubang dan habis. Malah harus dicabut. Itu mengerikan
sekali. Bu guru juga sudah berkali-kali menyampaikan itu." Tupis
menasehati Mondis dengan ekspresi galak.
Tupis
memarahi Mondis tanpa jeda. Mondis semakin ketakutan. Tangisnya
semakin pecah. Namun akhirnya Tupis bisa membujuk Mondis untuk
berkumur dengan air garam untuk meredakan rasa sakitnya. Setelah agak
mereda, Tupis menemani Mondis ke dokter gigi. Sejak saat itu Mondis
berjanji pada dirinya sendiri akan rajin menggosok gigi, sebelum tidur
dan setelah makan, agar kuman-kuman jahat tidak menggerogoti giginya.
#KelasMenulisCeritaAnak
#KelasMCA
Posting Komentar
Posting Komentar